Muslim Harus Tau ! Inilah Beberapa Surat Yang Pernah dikirim Rasulullah kepada Raja dan Pemimpin Kaum Kafir.
- SURAT NABI KEPADA AL-MUNDZIR BIN SAWA (pemimpin bahrain)
Nabi Shalallahu ‘alaihi
wa sallam menulis surat kepada Al-Mundzir bin Sawa, pemimpin
Bahrain, berisi seruan agar dia masuk Islam. Beliau mengutus Al-Ala’
bin Hadharni untuk menghantarkannya. Setelah menerima dan
membaca surat beliau, Al-Mundzir menulis balasannya sebagai
berikut:
“Amma ba’d “Wahai Rasulullah, saya
sudah membaca surat tuan yang tertuju kepada rakyat Bahrain. Di antara mereka
ada yang menyukai Islam dan kagum kepadanya lalu memeluknya, dan di antara
mereka ada pula yang tidak menyukainya. Sementara di negeriku ada orang-orang
Majusi dan Yahudi. Maka tulislah lagi surat kepadaku yang bisa menjelaskan
urusan tuan“
Maka Rasulullah Shalallahu
‘alaihi wa sallam menulis surat lagi :
“Bismillahirrahmanirrahim.
Dari Muhammad
Rasul Allah kepada Al-Mundzir bin Sawa. Kesejahteraan bagi dirimu. Aku
memuji bagimu kepada Allah yang tiada illah selain-Nya. Aku bersaksi
bahwa Muhammad adalah hamba dan Rasul-Nya, amma ba’d. Aku mengingatkanmu
terhadap Allah Azza wa Jalla. Barangsiapa yang memberi nasihat
kepada dirinya sendiri, dan siapa yang menaati utusan-utusanku dan mengikuti
mereka, berarti dia telah menaatiku.
Barang
siapa memberi nasihat kepada mereka, berarti dia telah memberi nasihat karena
aku. Aku telah memberi syafaat kepadamu tentang kaummu. Biarkanlah orang-orang
muslim karena mereka telah masuk Islam, kumaafkan orang-orang yang telah
berbuat kesalahan dan terimalah mereka. Selagi engkau tetap berbuat baik,
maka kami tidak akan menurunkanmu dari kekuasaanmu. Siapa yang ingin melindungi
orang-orang Majusi atau Yahudi, maka dia harus membayar jizyah“
Sumber: Sirah
Nabawiyah, Syaikh Shafiyyurrahma al-Mubarakfuri, Pustaka Al-Kautsar,
Cetakan 2 2009
- SURAT NABI KEPADA HAUDZAN BIN ALI AL-HANAFI (PEMIMPIN YAMAMAH)
Nabi shalallahu ‘alaihi
wa sallam menulis surat kepada Haudzan bin Ali pemimpin Yamamah sebagai
berikut:
“Bismillahirrahmanirrahim.
Dari Muhammad
Rasul Allah kepada Haudzan bin Ali. Kesejahteraan bagi siapa pun yang
mengikuti petunjuk. Ketahuilah bahwa agamaku akan dipeluk orang yang kaya
maupun orang yang miskin. Masuklah Islam, niscaya tuan akan selamat dan akan
kuserahkan apa yang ada di tangan tuan saat ini“
Kurir yang
menyampaikan surat ini adalah Salith bin Al-Amiri. Saat
Salith sudah tiba di hadapannya, Haudzan menyambut kedatangannya dengan ramah
tamah dan menyuruhnya masuk ke rumah. Kemudian Haudzan membaca surat beliau dan
sesekali memberi komentar. Dia menulis balasan kepada Nabi shalallahu
‘alaihi wa sallam berikut:
“Sungguh bagus dan baik apa
yang tuan serukan. Sementara itu banyak orang-orang Arab yang takut terhadap
kekuasaanku. Jika tuan mau memberikan sebagian urusan kepadaku, tentu aku mau
mengikuti tuan “
Haudzan memberikan hadiah yang
melimpah dan memberinya kain tenun yang bagus. Semua hadiah ini diserahkan
kepada Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam dan
mengabarkan apa yang dialaminya. Beliau membaca surat balasan dari Haudzan,
lalu bersabda,
“Jika dia meminta sepetak tanah kepadaku, maka aku tidak akan
memberinya. Cukup, cukup apa yang dimilikinya saat ini ”.
Namun setelah Rasulullah shalallahu
‘alaihi wa sallam kembali dari penaklukan Mekah, Jibril
mengabarkan kepada beliau bahwa Haudzan sudah meninggal dunia. Untuk itu beliau
bersabda,
→ “Dari Yamamah ini, akan muncul seorang pendusta yang membual
sebagai nabi. Dia akan menjadi pembunuh sepeninggalku.”
→ Ada seseorang yang bertanya,
“Wahai Rasulullah, siapakah yang dibunuhnya ?”
→ Beliau menjawab, “Kamu dan
rekan-rekanmu.” Dan memang begitulah yang terjadi.
Sumber: Sirah Nabawiyah,
Syaikh Shafiyyurrahma al-Mubarakfuri, Pustaka Al-Kautsar, Cetakan 2 2009
- SURAT NABI KEPADA AL-HARITS BIN ABU SYAMR AL-GHASSANI (PEMIMPIN DAMASKUS)
Inilah surat yang ditulis Nabi shalallahu
‘alaihi wa sallam kepadanya:
“Bismillahir rahmanir-rahim
Dari Muhammad Rasul Allah,
kepada Al-Harits bin Abu Syamr. Kesejahteraan bagi siapa pun yang mengikuti
petunjuk, percaya dan membenarkannya. Aku menyeru tuan agar beriman kepada
Allah semata, yang tiada sekutu bagi-Nya, niscaya akan kekal kerajaan tuan“
Beliau menunjuk Syuja’
bin Wabb dari Bani Asad bin Khuzainah untuk mengantarkan surat
itu. Setelah membacanya, dia berkata, “Siapa yang mau merebut kerajaan
ini dari tanganku, aku pasti akan menghadapinya”. Dan dia tidak mau
masuk Islam.
Sumber: Sirah Nabawiyah, Syaikh
Shafiyyurrahma al-Mubarakfuri, Pustaka Al-Kautsar, Cetakan 2: 2009
- SURAT NABI KEPADA Jaifar dan Abd bin Al-Julunda (RAJA OMAN)
Nabi Shalallahu ‘alaihi
wa sallam menulis surat kepada Raja Oman, Jaifar dan Abd, keduanya adalah anak
Al-Julunda. Inilah surat beliau :
“Bismillahir-rahmanir-rahim.
Dari
Muhammad bin Abdullah, kepada Jaifar dan Abd bin Al-Julunda. Kesejahteraan bagi
siapa pun yang mengikuti petunjuk, amma ba’d. Sesungguhnya aku menyeru tuan
berdua dengan seruan Islam. Masuklah Islam, niscaya tuan berdua akan selamat.
Sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepada semua manusia, untuk memberi
peringatan kepada orang yang hidup dan membenarkan perkataan terhadap
orang-orang kafir. Jika tuan berkenan mengikrarkan Islam, maka aku akan
mengukuhkan kerajaan tuan, namun jika tuan enggan mengikrarkan Islam, maka
kerajaan tuan pasti akan berakhir dan kudaku pasti akan menginjakkan kaki di
halaman tuan dan nubuwahku akan mengalahkan kerajaan tuan“
Beliau menunjuk Amr bin
Al-Ash untuk menyampaikan surat ini. Amr menuturkan, “Aku pun
berangkat hingga tiba di Oman. Aku ingin menemui Abd bin Al-Julunda terlebih
dahulu, karena dia lebih lemah lembut dan lebih kooperatif ". Aku berkata di
hadapannya, “Aku adalah utusan Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa
sallam untuk menghadap tuan dan saudara tuan.”
Abd bin Al-Julunda (Raja) :
“ Temuilah saudaraku terlebih dahulu,
karena dia lebih tua dan lebih berkuasa dari pada aku. Aku akan mencoba mengantarkan
engkau hingga dia bisa membaca suratmu, Apa yang hendak engkau serukan ?“
Amr bin Al-Ash (Utusan Rasulullah) :
“ Aku menyeru kepada Allah semata, yang
tiada sekutu bagi-Nya, hendaklah tuan melepaskan apa pun yang disembah
selain-Nya, hendaklah tuan bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan Rasul-Nya“
Abd bin Al-Julunda (Raja) :
“ Wahai Amr, engkau adalah putra
pemimpin kaummu. Lalu apa saja yang diperbuat ayahmu ? Padahal kami sangat salut
kepadanya “
Amr bin Al-Ash (Utusan Rasulullah) :
“ Dia meninggal dalam keadaan
tidak beriman kepada Muhammad. Padahal aku ingin sekali dia masuk Islam dan
membenarkannya. Dulu aku sejalan dan sepemikiran hingga Allah memberikan
petunjuk kepadaku untuk masuk Islam “
Abd bin Al-Julunda (Raja) : “ Sejak kapan engkau mengikutinya ?“
Amr bin Al-Ash (Utusan Rasulullah) : “ Belum lama ! “ jawabku.
Abd bin Al-Julunda (Raja) : “ Di mana engkau masuk Islam ?“
Amr bin Al-Ash (Utusan Rasulullah) :
“ Di Hadapan Najasyi“ jawabku.
Lalu aku mengabarkan kepadanya bahwa Najasyi sudah masuk Islam.
Abd bin Al-Julunda (Raja) : “ Lalu bagaimana reaksi kaumnya
terhadap kerajaannya ?“
Amr bin Al-Ash (Utusan Rasulullah) : “ mereka tetap mengakuinya dan
mengikutinya“
Abd bin Al-Julunda (Raja) : “ Bagaimana dengan para pendeta
dan padri ?“
Amr bin Al-Ash (Utusan Rasulullah) : “ Begitu pun dengan mereka“ jawabku
Abd bin Al-Julunda (Raja) :
“ Hati-hatilah dengan perkataanmu
wahai Amr. Sesungguhnya tak ada perangai seseorang yang lebih buruk daripada
dusta “
Amr bin Al-Ash (Utusan Rasulullah) :
“ Aku tidak berdusta, dan kami
tidak menghalalkan dusta dalam agama kami,” jawabku. “Menurutku Heraklius tidak tahu
keislamannya saat itu, Begitulah“
Abd bin Al-Julunda (Raja) : “ Dari mana engkau bisa
mengetahuinya ?“
Amr bin Al-Ash (Utusan Rasulullah) :
“ Dulu Najasyi selalu menyerahkan
pajak kepada Heraklius. Setelah Najasyi masuk Islam dan membenarkan Muhammad, maka Najasyi berkata, “Tidak, demi Allah, andaikan dia (Heraklius) meminta satu dirham pun, aku tidak
menyerahkan kepada dia“ jawabku, Akhirnya Heraklius mengetahui keislaman Najasyi ,Lalu dia (Heraklius) ditanya oleh saudaranya, “Apakah engkau membiarkan
rakyatmu (Najasyi) menolak menyerahkan pajak kepadamu dan memeluk agama baru yang bukan
agamamu ?“
Heraklius menjawab, “Orang itu menyukai satu agama lalu memilih untuk
dipeluknya. Apa yang bisa kuperbuat terhadap dirinya ? Demi Allah, jika bukan
karena beban kerajaanku ini, tentu aku akan melakukan seperti apa yang
dilakukannya “
Abd bin Al-Julunda (Raja) :
“ Hati-hatilah dengan perkataanmu
wahai Amr“ kata Abd memperingatkan aku.
Amr bin Al-Ash (Utusan Rasulullah) : “ Demi Allah aku berkata jujur
kepada tuan“
Abd bin Al-Julunda (Raja) :
“ Tolong beritahukan kepadaku, apa
yang diperintahkan Muhammad dan apa pula yang dilarangnya ?“
Amr bin Al-Ash (Utusan Rasulullah) :
“ Beliau memerintahkan untuk
selalu taat kepada Allah dan melarang mendurhakai-Nya, memerintahkan kepada
kebajikan dan menyambung tali persaudaraan, dan melarang dari kezhaliman dan
permusuhan. Beliau juga melarang zina, minum khmr, menyembah batu, patung dan
salib “
Abd bin Al-Julunda (Raja) :
“ Alangkah bagusnya apa yang
diserukan itu. Andaikan saja saudaraku sependapat denganku tentang dirinya
hingga kami beriman kepada Muhammad dan membenarkannya. Tetapi bagi saudaraku
lebih baik mempertahankan kerajaannya daripada meninggalkannya dan hal ini
menjadi beban dosa baginya “
Amr bin Al-Ash (Utusan Rasulullah) :
“ Sesungguhnya jika dia mau masuk
Islam, maka Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam tetap akan
mengakui kekuasaannya terhadap kaumnya. Beliau akan mengambil sedekah dari
penduduk yang kaya lalu memberikannya kepada mereka yang miskin “ kataku.
Abd bin Al-Julunda (Raja) :
“ Itu semua akhlak yang bagus.
Tetapi apa yang dimaksudkan sedekah itu ? “
Amr bin Al-Ash (Utusan Rasulullah) :
Lalu aku memberitahukan kepadanya
tentang segala yang diperintahkan Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa
sallam mengenai zakat mal, termasuk zakat untuk onta.
Abd bin Al-Julunda (Raja) :
“ Wahai Amr, apakah sedekah itu
diambilkan dari hewan-hewan ternak kami yang digembalakan ? “ tanya Abd bin Al-Julunda.
Amr bin Al-Ash (Utusan Rasulullah) : “Benar”
Abd bin Al-Julunda (Raja) :
“ Demi Allah, sekalipun kaumku
tetap berada di rumahnya dan sekalipun hewan ternak banyak, aku tidak melihat
mereka mau menaatinya “
Beberapa hari aku menuggu di
depan rumah Abd bin Al-Julunda, yang saat itu masih berusaha menghubungi saudaranya dan
mengabarkan apa yang aku katakan. Suatu kali Jaifar memanggilku. Saat aku
menghadapinya, para pengawalnya mencekal lengan tanganku.
“Lepaskan dia !” katanya.
Maka aku pun dilepaskan. Aku
bermaksud hendak duduk. Aku memandangi Jaifar. Lalu berkata, “Katakan apa
keperluanmu !”
Aku menyebutkan surat
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam yang masih terbungkus
dengan cincin stempelnya. Setelah menerima surat beliau, Jaifar merobek
tutupnya dan membacanya hingga selesai, lalu menyerahkannya kepada saudaranya, Abd bin Al-Julunda, yang juga membacanya hingga selesai.
“ Maukah engkau memberitahukan
kepadaku apa yang dilakukan Quraisy ?“ Tanya Jaifar kepadaku.
Aku menjawab, “Mereka sudah
banyak yang mengikuti beliau, entah karena memang menyenangi agamanya, entah
karena kalah dalam peperangan “
“Siapa saja yang bersamanya
(Rasulullah)?“ Tanya Jaifar.
“Sudah cukup banyak orang yang
menyenangi Islam dan memeluknya. Dengan akalnya dan berkat petunjuk Allah
mereka sudah sadar bahwa mereka sebelumnya berada dalam kesesatan. Dalam
kepasrahan ini, aku tidak melihat seorang pun yang masih tersisa selain diri
tuan. Jika saat ini tuan tidak mau masuk Islam dan mengikuti beliau, maka
sepasukan berkuda akan datang ke sini dan merebut harta benda tuan. Maka
masuklah Islam, niscaya tuan akan selamat dan beliau tetap akan mengangkat tuan
sebagai pemimpin kaum tuan. Jangan sampai ada pasukan yang menyerang tuan “
“Akan kupertimbangkan hari ini
juga dan besok silahkan datang lagi ke sini !“ kata Jaifar.
Aku kembali menemui Abd. Dia
berkata, “Wahai Amr, aku benar-benar berharap dia masuk Islam asalkan dia tidak
merasa sayang terhadap kerajaannya “
Besoknya aku hendak menemui
Jaifar. Namun dia tidak mengizinkanku. Aku pun kembali menemui Abd bin Al-Julunda dan
kuberitahukan kepadanya bahwa aku belum berhasil menemui saudaranya. Setelah
aku berhasil menemui Jaifar berkat bantuan Abd bin Al-Julunda, Jaifar berkata,
“Aku sedang
memikirkan apa yang engkau serukan kepadaku. Aku akan menjadi orang Arab yang
paling lemah jika aku menyerahkan kerajaanku ini kepada seseorang, dengan
begitu pasukan Muhammad tidak akan menyerang ke sini. Jika pasukannya menyerang
ke sini, tentu akan menjadi peperangan yang dahsyat “
Karena belum juga memberi keputusan,
maka aku berkata, “ Besok aku akan pulang “
Setelah Jaifar yakin bahwa besok
aku akan pulang, dia berkata kepada saudaranya, “Tidak ada pilihan lain bagi
kita kecuali menerima tawarannya. Sebab siapa pun yang dikirimi surat oleh
Muhammad tentu memenuhi seruannya. Kalau begitu besok suruh dia menghadap lagi
ke sini “
Akhirnya Jaifar dan Abd bin
Al-Julunda masuk Islam dan beriman kepada Nabi Shalallahu ‘alaihi wa
sallam. Bahkan keduanya siap menyerahkan sedekah dan kerajaan tetap berada
di tangan mereka berdua. Mereka sangat membantuku dalam menghadapi orang-orang
yang hendak menentang.
Alur kisah ini menunjukkan bahwa
pengiriman surat ini kepada Jaifar dilakukan pada waktu-waktu belakangan
daripada surat-surat lain yang dikirimkan kepada para raja. Menurut pendpat
mayoritas, surat ini dikirimkan setelah Perjanjian Hudaibiyah.
Dengan surat-surat itu Nabi Shalallahu
‘alaihi wa sallam telah menyampaikan dakwah kepada sekian banyak raja
di muka bumi. Di antara mereka ada yang beriman dan sebagian yang lain ada yang
ingkar. Tetapi setidak-tidaknya surat tersebut telah berhasil memasyhulkan
pikiran orang-orang kafir dan membuat mereka mengenal nama beliau dan Islam.
Sumber: Sirah Nabawiyah,
Syaikh Shafiyyurrahma al-Mubarakfuri, Pustaka Al-Kautsar, Cetakan 2: 2009
Comments
Post a Comment
Komentar