Rasulullah bersabda بَلِّغُوْا عَنيِّ وَلَوْ آيَةٍ “Sampaikanlah dariku walaupun satu ayat.

Muslim Harus Tau ! Inilah Beberapa Surat Yang Pernah dikirim Rasulullah kepada Raja dan Pemimpin Kaum Kafir.

indoislamzone.blogspot.com




  • SURAT NABI KEPADA AL-MUNDZIR BIN SAWA (pemimpin bahrain)

Nabi Shalallahu ‘alaihi wa sallam menulis surat kepada Al-Mundzir bin Sawa, pemimpin Bahrain, berisi seruan agar dia masuk Islam. Beliau mengutus Al-Ala’ bin Hadharni untuk menghantarkannya. Setelah menerima dan membaca surat beliau, Al-Mundzir menulis balasannya sebagai berikut:

Amma ba’d “Wahai Rasulullah, saya sudah membaca surat tuan yang tertuju kepada rakyat Bahrain. Di antara mereka ada yang menyukai Islam dan kagum kepadanya lalu memeluknya, dan di antara mereka ada pula yang tidak menyukainya. Sementara di negeriku ada orang-orang Majusi dan Yahudi. Maka tulislah lagi surat kepadaku yang bisa menjelaskan urusan tuan“ 

Maka Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam menulis surat lagi :

Bismillahirrahmanirrahim.
Dari Muhammad Rasul Allah kepada Al-Mundzir bin Sawa. Kesejahteraan bagi dirimu. Aku memuji bagimu kepada Allah yang tiada illah selain-Nya. Aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan Rasul-Nya, amma ba’d. Aku mengingatkanmu terhadap Allah Azza wa Jalla. Barangsiapa yang memberi nasihat kepada dirinya sendiri, dan siapa yang menaati utusan-utusanku dan mengikuti mereka, berarti dia telah menaatiku.

Barang siapa memberi nasihat kepada mereka, berarti dia telah memberi nasihat karena aku. Aku telah memberi syafaat kepadamu tentang kaummu. Biarkanlah orang-orang muslim karena mereka telah masuk Islam, kumaafkan orang-orang yang telah berbuat  kesalahan dan terimalah mereka. Selagi engkau tetap berbuat baik, maka kami tidak akan menurunkanmu dari kekuasaanmu. Siapa yang ingin melindungi orang-orang Majusi atau Yahudi, maka dia harus membayar jizyah

Sumber: Sirah Nabawiyah, Syaikh Shafiyyurrahma al-Mubarakfuri, Pustaka Al-Kautsar, Cetakan 2 2009



  • SURAT NABI KEPADA HAUDZAN BIN ALI AL-HANAFI (PEMIMPIN YAMAMAH)

Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam menulis surat kepada Haudzan bin Ali pemimpin Yamamah sebagai berikut:

Bismillahirrahmanirrahim.
Dari Muhammad Rasul Allah kepada Haudzan bin Ali. Kesejahteraan bagi siapa pun yang mengikuti petunjuk. Ketahuilah bahwa agamaku akan dipeluk orang yang kaya maupun orang yang miskin. Masuklah Islam, niscaya tuan akan selamat dan akan kuserahkan apa yang ada di tangan tuan saat ini

Kurir yang menyampaikan surat ini adalah Salith bin Al-Amiri. Saat Salith sudah tiba di hadapannya, Haudzan menyambut kedatangannya dengan ramah tamah dan menyuruhnya masuk ke rumah. Kemudian Haudzan membaca surat beliau dan sesekali memberi komentar. Dia menulis balasan kepada Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam berikut:

Sungguh bagus dan baik apa yang tuan serukan. Sementara itu banyak orang-orang Arab yang takut terhadap kekuasaanku. Jika tuan mau memberikan sebagian urusan kepadaku, tentu aku mau mengikuti tuan

Haudzan memberikan hadiah yang melimpah dan memberinya kain tenun yang bagus. Semua hadiah ini diserahkan kepada Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam dan mengabarkan apa yang dialaminya. Beliau membaca surat balasan dari Haudzan, lalu bersabda, 

“Jika dia meminta sepetak tanah kepadaku, maka aku tidak akan memberinya. Cukup, cukup apa yang dimilikinya saat ini ”.

Namun setelah Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam kembali dari penaklukan Mekah, Jibril mengabarkan kepada beliau bahwa Haudzan sudah meninggal dunia. Untuk itu beliau bersabda, 

→ “Dari Yamamah ini, akan muncul seorang pendusta yang membual sebagai nabi. Dia akan menjadi pembunuh sepeninggalku.

→ Ada seseorang yang bertanya, “Wahai Rasulullah, siapakah yang dibunuhnya ?

→ Beliau menjawab, “Kamu dan rekan-rekanmu.” Dan memang begitulah yang terjadi.

Sumber: Sirah Nabawiyah, Syaikh Shafiyyurrahma al-Mubarakfuri, Pustaka Al-Kautsar, Cetakan 2 2009



  • SURAT NABI KEPADA AL-HARITS BIN ABU SYAMR AL-GHASSANI (PEMIMPIN DAMASKUS)

Inilah surat yang ditulis Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam kepadanya:

Bismillahir rahmanir-rahim
        Dari Muhammad Rasul Allah, kepada Al-Harits bin Abu Syamr. Kesejahteraan bagi siapa pun yang mengikuti petunjuk, percaya dan membenarkannya. Aku menyeru tuan agar beriman kepada Allah semata, yang tiada sekutu bagi-Nya, niscaya akan kekal kerajaan tuan

Beliau menunjuk Syuja’ bin Wabb dari Bani Asad bin Khuzainah untuk mengantarkan surat itu. Setelah membacanya, dia berkata, “Siapa yang mau merebut kerajaan ini dari tanganku, aku pasti akan menghadapinya”. Dan dia tidak mau masuk Islam.

Sumber: Sirah Nabawiyah, Syaikh Shafiyyurrahma al-Mubarakfuri, Pustaka Al-Kautsar, Cetakan 2: 2009



  • SURAT NABI KEPADA Jaifar dan Abd bin Al-Julunda (RAJA OMAN)

Nabi Shalallahu ‘alaihi wa sallam menulis surat kepada Raja Oman, Jaifar dan Abd, keduanya adalah anak Al-Julunda. Inilah surat beliau :

Bismillahir-rahmanir-rahim.
Dari Muhammad bin Abdullah, kepada Jaifar dan Abd bin Al-Julunda. Kesejahteraan bagi siapa pun yang mengikuti petunjuk, amma ba’d. Sesungguhnya aku menyeru tuan berdua dengan seruan Islam. Masuklah Islam, niscaya tuan berdua akan selamat. Sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepada semua manusia, untuk memberi peringatan kepada orang yang hidup dan membenarkan perkataan terhadap orang-orang kafir. Jika tuan berkenan mengikrarkan Islam, maka aku akan mengukuhkan kerajaan tuan, namun jika tuan enggan mengikrarkan Islam, maka kerajaan tuan pasti akan berakhir dan kudaku pasti akan menginjakkan kaki di halaman tuan dan nubuwahku akan mengalahkan kerajaan tuan

Beliau menunjuk Amr bin Al-Ash untuk menyampaikan surat ini. Amr menuturkan, “Aku pun berangkat hingga tiba di Oman. Aku ingin menemui Abd bin Al-Julunda terlebih dahulu, karena dia lebih lemah lembut dan lebih kooperatif ". Aku berkata di hadapannya, “Aku adalah utusan Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam untuk menghadap tuan dan saudara tuan.”

                   Abd bin Al-Julunda (Raja) : 
“ Temuilah saudaraku terlebih dahulu, karena dia lebih tua dan lebih berkuasa dari pada aku. Aku akan mencoba mengantarkan engkau hingga dia bisa membaca suratmu, Apa yang hendak engkau serukan ?

 Amr bin Al-Ash (Utusan Rasulullah) :            
“ Aku menyeru kepada Allah semata, yang tiada sekutu bagi-Nya, hendaklah tuan melepaskan apa pun yang disembah selain-Nya, hendaklah tuan bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan Rasul-Nya

Abd bin Al-Julunda (Raja) :
“ Wahai Amr, engkau adalah putra pemimpin kaummu. Lalu apa saja yang diperbuat ayahmu ? Padahal kami sangat salut kepadanya

 Amr bin Al-Ash (Utusan Rasulullah) :
“ Dia meninggal dalam keadaan tidak beriman kepada Muhammad. Padahal aku ingin sekali dia masuk Islam dan membenarkannya. Dulu aku sejalan dan sepemikiran hingga Allah memberikan petunjuk kepadaku untuk masuk Islam

 Abd bin Al-Julunda (Raja) : “ Sejak kapan engkau mengikutinya ?

 Amr bin Al-Ash (Utusan Rasulullah) : “ Belum lama !  jawabku.

 Abd bin Al-Julunda (Raja) : “ Di mana engkau masuk Islam ?

 Amr bin Al-Ash (Utusan Rasulullah) : 
“ Di Hadapan Najasyi“ jawabku. Lalu aku mengabarkan kepadanya bahwa Najasyi sudah    masuk Islam.

 Abd bin Al-Julunda (Raja) : “ Lalu bagaimana reaksi kaumnya terhadap kerajaannya ? 

 Amr bin Al-Ash (Utusan Rasulullah) : “ mereka tetap mengakuinya dan mengikutinya

 Abd bin Al-Julunda (Raja) : “ Bagaimana dengan para pendeta dan padri ?

 Amr bin Al-Ash (Utusan Rasulullah) : “ Begitu pun dengan mereka jawabku

 Abd bin Al-Julunda (Raja) : 
“ Hati-hatilah dengan perkataanmu wahai Amr. Sesungguhnya tak ada perangai seseorang yang lebih buruk daripada dusta

 Amr bin Al-Ash (Utusan Rasulullah) : 
“ Aku tidak berdusta, dan kami tidak menghalalkan dusta dalam agama kami,” jawabku. “Menurutku Heraklius tidak tahu keislamannya saat itu, Begitulah

 Abd bin Al-Julunda (Raja) : “ Dari mana engkau bisa mengetahuinya ?

Amr bin Al-Ash (Utusan Rasulullah) : 
“ Dulu Najasyi selalu menyerahkan pajak kepada Heraklius. Setelah Najasyi masuk Islam dan membenarkan Muhammad, maka Najasyi berkata, Tidak, demi Allah, andaikan dia (Heraklius) meminta satu dirham pun, aku tidak menyerahkan kepada dia“ jawabku, Akhirnya Heraklius mengetahui keislaman Najasyi ,Lalu dia (Heraklius) ditanya oleh saudaranya, Apakah engkau membiarkan rakyatmu (Najasyi) menolak menyerahkan pajak kepadamu dan memeluk agama baru yang bukan agamamu ?

Heraklius menjawab, Orang itu menyukai satu agama lalu memilih untuk dipeluknya. Apa yang bisa kuperbuat terhadap dirinya ? Demi Allah, jika bukan karena beban kerajaanku ini, tentu aku akan melakukan seperti apa yang dilakukannya

Abd bin Al-Julunda (Raja) : 
“ Hati-hatilah dengan perkataanmu wahai Amr“ kata Abd memperingatkan aku.

Amr bin Al-Ash (Utusan Rasulullah) : “ Demi Allah aku berkata jujur kepada tuan

Abd bin Al-Julunda (Raja) : 
“ Tolong beritahukan kepadaku, apa yang diperintahkan Muhammad dan apa pula yang dilarangnya ?

Amr bin Al-Ash (Utusan Rasulullah) : 
“ Beliau memerintahkan untuk selalu taat kepada Allah dan melarang mendurhakai-Nya, memerintahkan kepada kebajikan dan menyambung tali persaudaraan, dan melarang dari kezhaliman dan permusuhan. Beliau juga melarang zina, minum khmr, menyembah batu, patung dan salib

 Abd bin Al-Julunda (Raja) : 
“ Alangkah bagusnya apa yang diserukan itu. Andaikan saja saudaraku sependapat denganku tentang dirinya hingga kami beriman kepada Muhammad dan membenarkannya. Tetapi bagi saudaraku lebih baik mempertahankan kerajaannya daripada meninggalkannya dan hal ini menjadi beban dosa baginya 

Amr bin Al-Ash (Utusan Rasulullah) : 
“ Sesungguhnya jika dia mau masuk Islam, maka Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam tetap akan mengakui kekuasaannya terhadap kaumnya. Beliau akan mengambil sedekah dari penduduk yang kaya lalu memberikannya kepada mereka yang miskin  kataku.

Abd bin Al-Julunda (Raja) :
“ Itu semua akhlak yang bagus. Tetapi apa yang dimaksudkan sedekah itu ?

Amr bin Al-Ash (Utusan Rasulullah) : 
Lalu aku memberitahukan kepadanya tentang segala yang diperintahkan Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam mengenai zakat mal, termasuk zakat untuk onta.

Abd bin Al-Julunda (Raja) :
“ Wahai Amr, apakah sedekah itu diambilkan dari hewan-hewan ternak kami yang digembalakan ?  tanya Abd bin Al-Julunda.

Amr bin Al-Ash (Utusan Rasulullah) : “Benar” 

Abd bin Al-Julunda (Raja) : 
“ Demi Allah, sekalipun kaumku tetap berada di rumahnya dan sekalipun hewan ternak banyak, aku tidak melihat mereka mau menaatinya

Beberapa hari aku menuggu di depan rumah Abd bin Al-Julunda, yang saat itu masih berusaha menghubungi saudaranya dan mengabarkan apa yang aku katakan. Suatu kali Jaifar memanggilku. Saat aku menghadapinya, para pengawalnya mencekal lengan tanganku.

“Lepaskan dia !” katanya.

Maka aku pun dilepaskan. Aku bermaksud hendak duduk. Aku memandangi Jaifar. Lalu berkata, “Katakan apa keperluanmu !”

Aku menyebutkan surat Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam yang masih terbungkus dengan cincin stempelnya. Setelah menerima surat beliau, Jaifar merobek tutupnya dan membacanya hingga selesai, lalu menyerahkannya kepada saudaranya, Abd bin Al-Julunda, yang juga membacanya hingga selesai.

“ Maukah engkau memberitahukan kepadaku apa yang dilakukan Quraisy ? Tanya Jaifar kepadaku.

Aku menjawab, Mereka sudah banyak yang mengikuti beliau, entah karena memang menyenangi agamanya, entah karena kalah dalam peperangan

Siapa saja yang bersamanya (Rasulullah)? Tanya Jaifar.

Sudah cukup banyak orang yang menyenangi Islam dan memeluknya. Dengan akalnya dan berkat petunjuk Allah mereka sudah sadar bahwa mereka sebelumnya berada dalam kesesatan. Dalam kepasrahan ini, aku tidak melihat seorang pun yang masih tersisa selain diri tuan. Jika saat ini tuan tidak mau masuk Islam dan mengikuti beliau, maka sepasukan berkuda akan datang ke sini dan merebut harta benda tuan. Maka masuklah Islam, niscaya tuan akan selamat dan beliau tetap akan mengangkat tuan sebagai pemimpin kaum tuan. Jangan sampai ada pasukan yang menyerang tuan

Akan kupertimbangkan hari ini juga dan besok silahkan datang lagi ke sini ! kata Jaifar.
Aku kembali menemui Abd. Dia berkata, Wahai Amr, aku benar-benar berharap dia masuk Islam asalkan dia tidak merasa sayang terhadap kerajaannya

Besoknya aku hendak menemui Jaifar. Namun dia tidak mengizinkanku. Aku pun kembali menemui Abd bin Al-Julunda dan kuberitahukan kepadanya bahwa aku belum berhasil menemui saudaranya. Setelah aku berhasil menemui Jaifar berkat bantuan Abd bin Al-Julunda, Jaifar berkata, 

Aku sedang memikirkan apa yang engkau serukan kepadaku. Aku akan menjadi orang Arab yang paling lemah jika aku menyerahkan kerajaanku ini kepada seseorang, dengan begitu pasukan Muhammad tidak akan menyerang ke sini. Jika pasukannya menyerang ke sini, tentu akan menjadi peperangan yang dahsyat

Karena belum juga memberi keputusan, maka aku berkata, “ Besok aku akan pulang

Setelah Jaifar yakin bahwa besok aku akan pulang, dia berkata kepada saudaranya, Tidak ada pilihan lain bagi kita kecuali menerima tawarannya. Sebab siapa pun yang dikirimi surat oleh Muhammad tentu memenuhi seruannya. Kalau begitu besok suruh dia menghadap lagi ke sini

Akhirnya Jaifar dan Abd bin Al-Julunda masuk Islam dan beriman kepada Nabi Shalallahu ‘alaihi wa sallam. Bahkan keduanya siap menyerahkan sedekah dan kerajaan tetap berada di tangan mereka berdua. Mereka sangat membantuku dalam menghadapi orang-orang yang hendak menentang.

Alur kisah ini menunjukkan bahwa pengiriman surat ini kepada Jaifar dilakukan pada waktu-waktu belakangan daripada surat-surat lain yang dikirimkan kepada para raja. Menurut pendpat mayoritas, surat ini dikirimkan setelah Perjanjian Hudaibiyah.

Dengan surat-surat itu Nabi Shalallahu ‘alaihi wa sallam telah menyampaikan dakwah kepada sekian banyak raja di muka bumi. Di antara mereka ada yang beriman dan sebagian yang lain ada yang ingkar. Tetapi setidak-tidaknya surat tersebut telah berhasil memasyhulkan pikiran orang-orang kafir dan membuat mereka mengenal nama beliau dan Islam.

Sumber: Sirah Nabawiyah, Syaikh Shafiyyurrahma al-Mubarakfuri, Pustaka Al-Kautsar, Cetakan 2: 2009

Comments